this is all :)

Sabtu, 19 Juni 2010

Memahat Diri Sendiri :)

Manusia konon seperti pemahat dengan diri sendiri sebagai kayunya. Seperti sebuah kayu, pada mulanya tentu saja tidak memiliki bentuk apapun. Dalam ketiadaan bentuk itu, tak ada seorang pun yang tertarik. paling-paling dilirik untuk dijadikan kayu bakar, atau jika terlalu basah atau keras, ia akan dibiarkan di luar menerima hujan dan panas, lalu akhirnya lapuk ditelan perubahan cuaca. Namun, ketika kayu itu diberi bentuk oleh pemahat, ia akan berbeda dari sebelumnya. Tampak indah dan menjelma seperti sesuatu yang hidup. Harganya tentu saja mahal. Semakin indah rupanya, semakin mahal harganya, dan semakin tidak mungkin untuk dijadikan kayu bakar.

Setiap pemahat membentuk kayu berdasarkan gambaran atau citra tertentu yang ada dalam imajinasinya. Ia bisa membayangkan ayam, kuda, babi, atau burung. Dan bayangannya itulah yang menuntun tangannya untuk membentuk kayu agar berubah dari kondisinya semula yang tanpa bentuk. Gambaran dalam diri pemahat yang menentukan nasib kayu. Bisa jelek, bisa juga luar biasa indah.

Dari hubungan antara pemahat dengan citra kita menunjukkan sebuah rumus kehidupan. Bahwa segala hal diciptakan dua kali, pertama dalam rencana atau niat, kedua dalam tindakan. Niat yang baik menentukan pekerjaan yang baik. Tanpa niat, suatu pekerjaan tak jelas juntrungannya. Tanpa pelaksanaan, sebuah niat menguap menjadi angin. Ada banyak tindakan kita yang tidak disertai dengan niat atau dengan rancangan. Efeknya adalah ketiadaan semangat.

Bayangkanlah jika kita melakukan perjalanan panjang tanpa tujuan yang jelas, apa yang akan terjadi? Maka dibutuhkanlah citra, dibutuhkanlah sebuah bayangan mengenai hasil akhir dari perjalanan itu. Seperti seorang pemahat yang menghabiskan waktu dan keingatnya berhari-hari untuk mengubah bentuk kayu. Ia akan terus bersabar dan meninggalkan pekerjaan lain yang tidak terkait dengan kegiatan pahat memahat karena dalam kepalanya telah tergambar bayangan akhir akan apa yang dilakukannya. Ia juga akan mampu bersyukur pada hasil yang dicapainya, walaupun sangat sedikit karena ia dapat melihat bahwa hasil yang sedikit itu telah mendekatkan si kayu pada gambaran yang ada di kepalanya.

Setiap hari ini adalah saat kelahiran atau munculnya dari bentuk baru kayu yang sedang kita pahat sehari-hari. Kayu itu, sekali lagi, adalah diri kita. Dalam kerja pemahatan selalu ada unsur tersembunyi yang ikut memengaruhi keseluruhan proses. Unsur ini tidak nampak, tapi begitu berpengaruh.

Konon, ada seorang syaikh, pernah bertanya pada air, "wahai air, mengapa engkau begitu sabar, terus menyembunyikan diri dalam tanah?"
Air itu pun menjawab, "aku dapat bersabar karena aku cukup puas ketika rumput dapat menerjemahkanku melalui hijaunya."

-kutipan dengan sedikit perubahan-

2 komentar: