this is all :)

Selasa, 10 Agustus 2010

sejauh lutut dan lantai untuk bersujud

aku datang...
dengan mata terpejam menahan airmata...
ku duduk bersimpuh menyebut asmaMu yang agung...
terbuka mataku walau kepala masih tertunduk
tak terasa , bulir airmata turun perlahan , merasuk ke sela serat sajadah

Tuhan, mengapa....mengapa aku mengingatMu hanya jika aku sedang membutuhkanMu?
sudikah hambaMu yang hina ini, bersimpuh tak berdaya memohon ampun hanya pada Al-Aziz?
berkenankah Engkau memandang hamba yang tak tahu malu mengangkat tangan - tangan kotor hamba hanya untuk memanjatkan doa kepadaMu?

kembali ku menutup mata...
kudekatkan keningku dengan ujung sajadah yang membisu...
ku baca lirih ayat ayat suciMu...
ku bayangkan aku sedang berdialog denganMu...
dalam sujud malam itu...

Tuhan, bukakan pintu rahmatMu bagiku...
jauhkan aku dari segala sesuatu yang sesat lagi menyesatkan...
hadirlah bersamaku dalam setiap tarikan nafasku...setiap degup jantungku...dan setiap kedipan mataku...
biarlah aku bersyukur padaMu setiap saat
setiap saat yang orang-orang anggap biasa...
setiap aku menarik nafas, setiap aku menyentuh sesuatu, setiap aku merasakan semilir angin ketika aku berlari kecil mengejar kelas yang terlambat lima menit, setiap aku menepuk dada ketika aku tersedak...dan setiap aku meneteskan air mata karena seekor lebah yang menyengat leherku...
aku ingin Kau selalu ada di hatiku, kapanpun...disaat ku membutuhkanMu maupun disaat ku melupakanMu...
biarkan semua kehendakMu untukku menjadi sebuah pelajaran berharga dalam mengarungi hidup yang mungkin saja besok Kau renggut dariku...

sadarkan aku dari segala nikmat dunia..
bahwa dalam buai lenganMu itu lebih menyenangkan daripada yang lain...
aku ingin mencintaiMu dengan tulus , walau Kau selalu tahu aku menginginkan surgaMu...
beritahu aku apa itu arti kehidupan....dan bagaimana membuat kehidupan kami yang singkat ini menjadi lebih berarti , untukku, untukMu, dan untuk kami semua yang tersenyum saat menjauhkan kepala dari ujung sajadah yang dingin itu :)

Semarang, August, 10th, 2010

Sabtu, 19 Juni 2010

Memahat Diri Sendiri :)

Manusia konon seperti pemahat dengan diri sendiri sebagai kayunya. Seperti sebuah kayu, pada mulanya tentu saja tidak memiliki bentuk apapun. Dalam ketiadaan bentuk itu, tak ada seorang pun yang tertarik. paling-paling dilirik untuk dijadikan kayu bakar, atau jika terlalu basah atau keras, ia akan dibiarkan di luar menerima hujan dan panas, lalu akhirnya lapuk ditelan perubahan cuaca. Namun, ketika kayu itu diberi bentuk oleh pemahat, ia akan berbeda dari sebelumnya. Tampak indah dan menjelma seperti sesuatu yang hidup. Harganya tentu saja mahal. Semakin indah rupanya, semakin mahal harganya, dan semakin tidak mungkin untuk dijadikan kayu bakar.

Setiap pemahat membentuk kayu berdasarkan gambaran atau citra tertentu yang ada dalam imajinasinya. Ia bisa membayangkan ayam, kuda, babi, atau burung. Dan bayangannya itulah yang menuntun tangannya untuk membentuk kayu agar berubah dari kondisinya semula yang tanpa bentuk. Gambaran dalam diri pemahat yang menentukan nasib kayu. Bisa jelek, bisa juga luar biasa indah.

Dari hubungan antara pemahat dengan citra kita menunjukkan sebuah rumus kehidupan. Bahwa segala hal diciptakan dua kali, pertama dalam rencana atau niat, kedua dalam tindakan. Niat yang baik menentukan pekerjaan yang baik. Tanpa niat, suatu pekerjaan tak jelas juntrungannya. Tanpa pelaksanaan, sebuah niat menguap menjadi angin. Ada banyak tindakan kita yang tidak disertai dengan niat atau dengan rancangan. Efeknya adalah ketiadaan semangat.

Bayangkanlah jika kita melakukan perjalanan panjang tanpa tujuan yang jelas, apa yang akan terjadi? Maka dibutuhkanlah citra, dibutuhkanlah sebuah bayangan mengenai hasil akhir dari perjalanan itu. Seperti seorang pemahat yang menghabiskan waktu dan keingatnya berhari-hari untuk mengubah bentuk kayu. Ia akan terus bersabar dan meninggalkan pekerjaan lain yang tidak terkait dengan kegiatan pahat memahat karena dalam kepalanya telah tergambar bayangan akhir akan apa yang dilakukannya. Ia juga akan mampu bersyukur pada hasil yang dicapainya, walaupun sangat sedikit karena ia dapat melihat bahwa hasil yang sedikit itu telah mendekatkan si kayu pada gambaran yang ada di kepalanya.

Setiap hari ini adalah saat kelahiran atau munculnya dari bentuk baru kayu yang sedang kita pahat sehari-hari. Kayu itu, sekali lagi, adalah diri kita. Dalam kerja pemahatan selalu ada unsur tersembunyi yang ikut memengaruhi keseluruhan proses. Unsur ini tidak nampak, tapi begitu berpengaruh.

Konon, ada seorang syaikh, pernah bertanya pada air, "wahai air, mengapa engkau begitu sabar, terus menyembunyikan diri dalam tanah?"
Air itu pun menjawab, "aku dapat bersabar karena aku cukup puas ketika rumput dapat menerjemahkanku melalui hijaunya."

-kutipan dengan sedikit perubahan-

Blog Baruuu....:)

blog ini...aneh dah
udah join dari 2008.....baru bisa makek 2010..

gyahahahaha...
aneh aneh...but it's okay...

huah huah huah...

*muka polos* udah gini aja dulu...gatauk mau posting apaan...:D